Jatuh cinta dan memilih untuk diam itu juga sebuah bentuk sebuah
perjuangan. Mungkin aku menyesal mengenalmu atau mungkin saja tidak. Yang aku
tahu kau menghilangkan rasa sepiku, kau menyatukan patahan-patahan hatiku. Walaupun
kau belum menatanya dengan rapi. I feel better than before.
Tapi disisi lain mengenalmu adalah sebuah kesalahan. Bukan itu,
aku membiarkanmu masuk ke dalam hidupku. Aku membiarkan diriku terbuai dengan
kehadiranmu. Apakah salah jika menyukaimu seperti ini?
Tidak bisakah kau melupakannya? Melupakan gadis yang kau
sukai itu. Karena aku tidak tahu berapa lama lagi aku mampu bertahan disisimu. Aku
juga tidak tahu berapa lama lagi aku mampu menahan rasa sakit ketika mendengar
kau menyebut namanya. Tidak tahu lagi sampai kapan aku mampu menekan rasa ini.
Aku bukan takut untuk mengungkapkan padamu, hanya saja aku
sudah tahu jelas perasaanmu. Aku tidak mungkin menempati ruang di hatimu. Kau sudah
menempatkan gadis lain. Gadis itu yang selalu kau ceritakan. Gadis yang amat sangat
kau sukai itu. Jika saja semua ini berbeda. Mungkin aku…
Sekali lagi. Hari ini kau lagi-lagi menceritakan gadis itu.
Tentang hal-hal manis yang kau lakukan untuknya walaupun dia acuh padamu. Tidak
bisakah ini hanya tentang kita berdua? Saat kau bersamaku tolong jangan sebut
namanya dengan mata berbinar itu. Maaf aku terlalu banyak menuntut. Tapi suara
bahagiamu begitu mengangguku. Bukannya aku tidak ingin kau bahagia, aku ingin
kau bahagia jika itu bersamaku.
Mungkin ini juga salahmu yang selalu baik padaku. Karena sikap-sikap
manismu yang ku artikan lain. Mungkin ini juga karena aku terlalu bodoh untuk menyadari
bahwa ini tidak lebih dari sekedar teman. Iya, aku tidak tahu diri.
Jika aku memilih pergi, apakah rasa ini akan hilang? Jika begitu
maka aku akan pergi. Bukannya aku tidak ingin menjadi temanmu hanya saja aku
tidak ingin kau membuat patahan-patahan
hatiku berubah menjadi serpihan. Aku ingin kau menyatukannya, dengan rapi. Ah tentu
saja itu tidak mungkin. Hahaha.
Aku jadi ingat saat temanku bertanya apakah aku menyukaimu. Aku
mejawab “Ah tidak, aku dan dia hanya teman. Aku belum ada rasa sama dia. Hahaha”
. Aku hanya menyangkalnya padahal aku tahu persis hatiku. Tapi bukankah lebih
baik aku menyimpan ini sendiri. Karena jika aku membaginya mungkin aku akan
berharap. Sedangkan sekarang aku sedang membunuh harapan-harapan yang tidak
tahu diri ini.
Untukmu…..aku hanya berharap yang terbaik, berharap kau bahagia.
Dengan atau tanpa aku.
-MRD-
No comments:
Post a Comment