Cinta bukan siapa yang lebih cinta tapi siapa yang lebih ingin untuk mempertahankan.
Mungkin dulu aku telah melakukan banyak kesalahan dalam
hubungan yang kita jalani. Semakin aku mencoba mencari rasa aman darimu semakin
aku berakhir terluka. Aku tau aku disini masih berproses dalam mendewasakan
diri. Im currently 20 y.o you know. Dimana setiap orang pasti memiliki sisi
ketidakdewasaannya masing-masing. Begitu pula aku dan kamu. Masing-masing dari
kita mempunyai itu. Namun sisi yang kamu miliki tidak lah sebesar yang aku
punya. Jadi dalam perjalanan ini pun aku lebih mendominasinya dengan sisi
ketidakdewasaanku.
Tidak ada cinta yang begitu mudah dihapuskan. Tidak ada rasa
sayang yang begitu saja hilang. Jika terjadi seperti itu mungkin itu bukanlah
rasa cinta dan sayang yang sesungguhnya. Aku begitu yakin sedang mencintai dan
menyayangimu dengan begitu besar. Aku selalu mengangankan jika suatu hari nanti
kau benar menjadi ayah dari anak-anak yang ku lahirkan. Sedangkan aku menjadi
ibu dari anak-anakmu. Menjadi wanita nomor dua setelah ibumu dalam hidupmu yang
selalu membuatkan sarapan setiap pagi sebelum kau pergi bekerja. Selalu ku
angankan hal itu, dimana kita berada dalam satu atap dengan rasa aman karena
saling memiliki dalam kehalalan. Aku ingin menjadi wanita yang setiap pagi
membangunkanmu agar tidak terlambat sholat subuh. Membangunkanmu dengan manis
mungkin mengelus rambutmu atau memberi kecupan pagi hari. Dan hal indah lainnya
yang terlalu banyak jika ku ungkapkan. Ah aku rasa hal itu begitu dekat untuk
menjadi nyata ketika kau ada bersamaku. Namun sekarang sudah tidak lagi seperti
itu.
Ada rasa nyaman ketika bersamamu. Tentang kita yang berbagi
mimpi dan angan. Kita yang berdebat akan sesuatu. Hingga dalam pertengkaran pun
aku masih merasa nyaman ketika bisa berbicara denganmu. Aku dulu pun berpikir
asal bersamamu aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena aku akan selalu
kembali padamu dan kamu pun akan menjadi satu-satunya yang ada di sisiku ketika
seluruh dunia membenciku. Hingga akhirnya aku pun kehilanganmu.
Rasanya aku sudah tidak pantas lagi mengucap maaf. Karena
begitu banyak luka yang ku berikan padamu tanpa aku sadari. Begitu besar
keegoisanku yang hingga akhirnya membuatmu lelah setengah mati dan pergi.
Hingga menghapus rasa cinta dan sayang yang kau miliki untukku. Tidak perlu ku
ungkapkan lagi rasa sesal yang tertumpuk disini. Aku rasa kau memahaminya
dengan baik. Ketika aku mengingkari janjiku satu daun gugur dari pohon
kepercayaanmu. Dan sudah tak bisa ku hitung lagi berapa daun yang telah gugur,
mungkin sekarang pohon itu sudah hampir mati karena tidak lagi memiliki daun
untuk berfotosintesis. Aku terlambat memberinya pupuk. Seharusnya aku
memupuknya dengan banyak maaf. Sehingga pohon itu masih bisa mendapatkan nutrisi
dan mungkin menumbuhkan daun baru. Tapi ini sudah terlalu terlambat. Aku pun terluka karena telah melukaimu.
Awalnya aku ingin memperbaiki semuanya. Pelan tapi pasti,
aku ingin mengawalinya lagi dengan sebagai temanmu. Aku ingin memperbaiki apa
yang retak diantara kita. Namun semakin ingin aku memperbaiki semuanya semakin
aku terluka dengan pernyataanmu yang ingin menyudahi semuanya denganku. Kamu
yang sudah cukup lelah dengan wanita sepertiku dan sudah tidak ingin lagi
berurusan denganku. Berkali-kali kau membuangku ketika aku ingin mencoba
kembali dekat denganmu. Aku pun sudah menelanjangi harga diriku dan membuang
semua gengsiku. Aku mempertaruhkan
semuanya. Hanya untuk satu yang aku sayang. Kamu.
Aku tau kau tidak lagi memiliki banyak waktu seperti dulu
karena pekerjaan barumu. Aku tau benar. Aku ingin kita berkomitmen untuk
membagi waktu kita. Menyempatkan diri untuk saling berbagi suka cita seperti
dulu. Aku ingin menjalaninya walaupun sebagai temanmu. Dimana disini aku ingin
lebih banyak mengalah padamu. Aku ingin lebih menjadi wanita dimatamu. Hingga
suatu saat nanti ketika kita sama-sama siap, barulah kita akan menjalin
hubungan lagi. Dimana disini kita sudah mengenal dengan sangat baik. Dan tidak
ada lagi drama diantara kita. Tapi kau sudah menolaknya dengan sangat yakin.
Karena mungkin aku yang sudah tidak lagi memenuhi kriteriamu sebagai wanita
yang mendampingimu. Kau tau, kau selalu menjadi lelaki yang memenuhi kriteriaku
untuk menjadi suamiku. Karena kamu yang selalu memberiku rasa nyaman, sehingga
aku tidak ingin lagi berpindah ke tempat lain. Karena aku akan selalu memaklumi
semua kekuranganmu. Maka dari itu aku tidak memiliki kriteria khusus sebagai
pendampingku. Denganmu, berdua saja. Cukup.
Kau tau, inilah resiko mencintaimu. Berakhir bahagia atau
terluka. Dan aku mengambil resiko itu terluka karena aku terlalu mencintaimu. Aku
akan selalu berdoa semoga kita bisa berdua dengan dia yang tepat adanya.
I love you too much
MRD
No comments:
Post a Comment