Pages

Tuesday, 10 March 2015

Kasih Untukmu


Aku tidak mengerti berapa banyak lagi surat yang harus ku tuliskan agar perasaanku lega. Karena setiap kali aku mengingatmu, setiap kali kenangan-kenangan diantara kita merayapi pikiranku. Saat itu pula aku merasa sedih dan saat itu pula aku meneteskan air mata. Terlalu banyak hal indah diantara kita yang menjadi sia-sia karena kamu yang tidak dapat meruntuhkan egomu. Aku sudah melakukan segala cara yang ku bisa untuk memperbaiki apa yang telah retak diantara kita. Namun semua yang kau lakukan adalah menghempasku pergi. Kau yang berkali-kali bilang sudah lelah dengan kekuranganku dan kau ingin menyerah akan itu. Segala macam cara yang ku lakukan untuk membujukmu mengikuti kata hatimu. Tapi kau lebih suka memberi makan egomu. Sedangkan aku meruntuhkan ego dan harga diriku. Karena ketahuilah aku bukanlah orang yang pandai berdusta akan sesuatu. Benar aku menyayangimu benar aku masih mencintaimu. Aku memperjuangkan rasaku. Aku memperjuangkan kita. Namun ternyata yang ku lakukan sia-sia karena kau sendiri sudah tidak ingin memperbaiki kita. Aku memang memaksakannya karena ku pikir kamu masih memiliki rasa yang sama sepertiku. Akhirnya aku menyadarinya bahwa cinta bukanlah keterpaksaan.

Seberapa terluka dan marahnya, cinta sudah pasti akan kembali pulang tanpa mempedulikan ego dan gengsi. Karena memang begitulah cinta akan datang tanpa diminta atau dipaksa. Aku memperjuangkan kita karena ku pikir apa yang telah kita bangun selama ini tidaklah pantas jika runtuh begitu saja karena kita yang tidak dapat mengalahkan ego dalam diri. Namun aku yang terlalu memperjuangkannya dan kamu yang terlalu ingin mengakhiri semuanya. Pada akhirnya akulah yang berakhir terluka. Maka dari itu aku mengikhlaskan semuanya. Aku merelakan semuanya kamu, cinta dan cita yang kita bangun bersama. Aku memang masih mencintaimu. Aku tidak bisa begitu saja menghapusmu dari hatiku. Namun yang berbeda sekarang adalah aku mencintaimu dalam diamku. Aku akan berusaha sekuat mungkin untuk seperti itu. Aku akan menitipkan rinduku disela-sela doaku. Aku mendoakanmu agar kau bahagia dengan pilihan yang kau buat. Semoga saja kamu tidak menyesalinya. Karena aku pun tidak akan menyesal melepasmu. Karena bagiku penyesalan adalah sebuah kesia-siaan dan keterlambatan. Karena aku akan berjalan maju dan tidak ingin menoleh kebelakang lagi. Aku tentu saja masih menyayangimu dan merindukanmu disetiap waktu. Rasa sayang dan rinduku akan kusimpan sendiri. Aku tidak ingin lagi membaginya denganmu. Aku akan membiarkannya berkembang ataupun mati dengan sendirinya. Apapun itu aku tidak akan melibatkanmu.

Aku berharap kau dapat menemukan wanita yang sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Seorang yang pandai memasak dan keibuan, yang tidak cerewet dan tidak pula banyak protes akan sesuatu, yang menurut apa yang kau katakan dan tidak suka menentang, yang bisa membahagiakanmu dan anak-anakmu kelak, yang pandai mengurus pekerjaan rumah tangga bukan yang tidak becus sepertiku. Semoga kau bahagia dengan kehidupanmu kelak. Aku disini dengan rasaku dan cita-cita yang pernah kita bangun bersama akan berbahagia untukmu. Aku akan menguburnya dan membiarkannya mati. Rasa cinta ini biar ku bakar saja. Berbahagialah sayang. 


No comments:

Post a Comment