Pages

Sunday 16 February 2014

To Someone



Jatuh cinta dan memilih untuk diam itu juga sebuah bentuk sebuah perjuangan. Mungkin aku menyesal mengenalmu atau mungkin saja tidak. Yang aku tahu kau menghilangkan rasa sepiku, kau menyatukan patahan-patahan hatiku. Walaupun kau belum menatanya dengan rapi. I feel better than before.

Tapi disisi lain mengenalmu adalah sebuah kesalahan. Bukan itu, aku membiarkanmu masuk ke dalam hidupku. Aku membiarkan diriku terbuai dengan kehadiranmu. Apakah salah jika menyukaimu seperti ini?

Tidak bisakah kau melupakannya? Melupakan gadis yang kau sukai itu. Karena aku tidak tahu berapa lama lagi aku mampu bertahan disisimu. Aku juga tidak tahu berapa lama lagi aku mampu menahan rasa sakit ketika mendengar kau menyebut namanya. Tidak tahu lagi sampai kapan aku mampu menekan rasa ini.

Aku bukan takut untuk mengungkapkan padamu, hanya saja aku sudah tahu jelas perasaanmu. Aku tidak mungkin menempati ruang di hatimu. Kau sudah menempatkan gadis lain. Gadis itu yang selalu kau ceritakan. Gadis yang amat sangat kau sukai itu. Jika saja semua ini berbeda. Mungkin aku…

Sekali lagi. Hari ini kau lagi-lagi menceritakan gadis itu. Tentang hal-hal manis yang kau lakukan untuknya walaupun dia acuh padamu. Tidak bisakah ini hanya tentang kita berdua? Saat kau bersamaku tolong jangan sebut namanya dengan mata berbinar itu. Maaf aku terlalu banyak menuntut. Tapi suara bahagiamu begitu mengangguku. Bukannya aku tidak ingin kau bahagia, aku ingin kau bahagia jika itu bersamaku.

Mungkin ini juga salahmu yang selalu baik padaku. Karena sikap-sikap manismu yang ku artikan lain. Mungkin ini juga karena aku terlalu bodoh untuk menyadari bahwa ini tidak lebih dari sekedar teman. Iya, aku tidak tahu diri.

Jika aku memilih pergi, apakah rasa ini akan hilang? Jika begitu maka aku akan pergi. Bukannya aku tidak ingin menjadi temanmu hanya saja aku tidak ingin kau membuat  patahan-patahan hatiku berubah menjadi serpihan. Aku ingin kau menyatukannya, dengan rapi. Ah tentu saja itu tidak mungkin. Hahaha.

Aku jadi ingat saat temanku bertanya apakah aku menyukaimu. Aku mejawab “Ah tidak, aku dan dia hanya teman. Aku belum ada rasa sama dia. Hahaha” . Aku hanya menyangkalnya padahal aku tahu persis hatiku. Tapi bukankah lebih baik aku menyimpan ini sendiri. Karena jika aku membaginya mungkin aku akan berharap. Sedangkan sekarang aku sedang membunuh harapan-harapan yang tidak tahu diri ini.

Untukmu…..aku hanya berharap yang terbaik, berharap kau bahagia. Dengan atau tanpa aku.


 

I wish you knew I was so in love with you



-MRD-