Pages

Friday 18 September 2015

Dear you

I’m Sorry

Sometimes I get jealous thingking that someone else could make you happier than I could. I guess it’s my insecurities acting up. Because I know I’m not the prettiest, smartest, or most fun and exciting. But I do know that no matter how and long you look; you’ll never find somebody that loves you like I do.



I hope you’ll understand. Why I’m so annoying. But I’ve been thingking out loud over this time. I’m really okay if you want to be with someone else. Maybe you can love her bigger than you ever love me. But.... one thing you should know that no one could love you as much as I do.

I tried to hold on. I thought that I was strong. The image of you flickered, weak and unclear, and I'm back to misery. The pain of loving you is larger than life. The pain of realising we can't be together is slowly swallowing the universe. So please tell me, how much pain a soul can contain? While you're on that, tell me too: how to not love you?


You know what? I’m still loving you no matter what. Even loving you is makes me look like a fool. And now I have to keep my distance from you, it doesn’t mean I hate you. Because love is taking a few steps backward, maybe even more, to give way to the happiness of the person you love J



Friday 26 June 2015

STRANGERS!

We said hello to each other

Then we made conversation

We never get bored to talk

You make me laugh sometimes

You tell me about your terrible life

And I tell you about my pathetic love story

Then we laughed about our bad luck together

It feels like I’ve known you before

The sounds beats up in my mind


La La La La La La La

Sunday 7 June 2015

Forgive my self


Kali ini saya mencoba bertahan dalam sendiri yang tanpa kamu. Bagaimanapun saya sudah bertekad dan berjanji dengan diri saya sendiri untuk tidak lagi menganggu hidupmu. Tidak lagi membuatmu “panas” seperti yang selama ini kamu rasakan ketika saya menghubungimu. Saya tidak akan lagi seperti itu. Saya memutuskan untuk berhenti mempermalukan diri saya sendiri. Memang benar jika saya terlalu mencintaimu melebihi saya mencintai diri saya sendiri. Itu karena saya sendiri tidak bisa memaafkan kebodohan-kebodohan yang sering saya lakukan hingga menghantarkan saya ke titik ini. Mungkin perasaanmu sudah terhapuskan dengan berjalannya kurang lebih 3 bulan kita jarang berkomunikasi lagi. Secepat itu waktu membuatmu sadar bahwa selama ini kamu hanya salah terka dengan perasaanmu sendiri. Secepat itu mungkin kamu menyadari bahwa kamu berjuang untuk orang yang salah selama ini. Ya mungkin secepat itu. Tapi disini banyak hal yang membuat saya belajar dan tersadar.
Im not gonna love other guy like the way I love you. Not anymore. I promise my self.

Tidak lagi saya akan seperti ini. Saya tidak akan menangis lagi karena saya terlalu mencintai. Saya memutuskan untuk berhenti berharap baik pada kamu atau yang lain. Harapan saya sudah padam sejak percakapan terakhir kita. Saya cukupkan sampai disini perasaan saya. Sudah terlalu cukup untuk menyakiti diri sendiri. Mencintaimu tidak selalu harus membuatmu ada bersama saya. Ada banyak hal yang membuat saya tersadar, betapa hal yang menyakitkan yang menurutmu pernah saya lakukan tidak pernah termaafkan. Mungkin hal tersebut saya anggap sepele saja pada saat itu ternyata bisa melukaimu dengan begitu besar. Mengetahuinya bukan lagi penyesalan yang saya rasakan, namun lebih ke “pembelajaran”. Disini saya belajar bahwa mungkin tindakan kita secara tidak sadar sangat melukai orang lain tidak hanya melukaimu.



Saya tidak lagi ingin egois merasa paling terluka dalam kisah cinta kita. Bagaimanapun saya mencoba berdamai dengan diri saya sendiri, saya memaafkan diri saya sendiri karena pernah begitu bodoh. Disetiap hal buruk yang terjadi di hidup kita tidak perlu disesalkan terlalu lama. Karena luka yang kita rasakan bisa menjadi pendidik yang paling baik. Jika tidak terluka kita mungkin tidak pernah belajar mencari “obat” untuk menyembuhkan luka tersebut. Pernah terjatuh membuat saya belajar susah payahnya untuk bangkit kembali. Terkadang kita butuh terjatuh, tersungkur dan terjerembab untuk menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Kalau tidak pernah salah, saya mungkin tidak pernah bertemu dengan orang yg tepat. Terima kasih semesta telah membuat saya banyak belajar J

Friday 29 May 2015

Pain

Pagi ini lagi-lagi saya terbangun dengan mata sembab. Semalam saya menangis hingga ketiduran. Karena tidak ada lagi yang mampu saya perbuat. Dada saya sesak dan hati saya sakit. Untuk tidak menghubungimu pun saya menahan diri  sekuat tenaga. Karena saya tau hal itu akan sia-sia dan berujung pada luka yang baru. Jika kamu membaca ini pun kamu akan menganggap saya perempuan menye yang terlalu banyak bersedih. Tidak kamu salah. Saya hanyalah perempuan yang terlalu mencintai. Sesal saya pun tak kunjung berujung. Mengapa saya harus mencintai dengan seluruh hati saya. Hingga ketika ada luka karena cinta itu, seluruh hati saya pun hancur. Saya kehilangan selera untuk mencintai siapapun.


Tapi bukankah kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta kepada siapa. Kepada dia yang memberimu bahagia atau dia yang memberimu luka. Saya tidak bisa memilih. Tidak ada yang mengerti seberapa sakit yang saya rasakan karena terlalu mencintaimu. Jika saya wanita waras mungkin saya sudah mengubur dalam-dalam perasaan saya dan melanjutkan hidup saya dengan bahagia. Sayangnya saya wanita yang mencintai dengan ketidakwarasan. 


Saya memang harus bersabar menunggu kamu yang mungkin akan kembali pada saya. Namun saya paling tidak bisa mengetahui kamu mendekati wanita lain. Hati saya hancur tak terhindarkan. Air mata saya pun menetes tak terkontrol. Hingga lagi-lagi saya terbangun dengan mata sembab dan tidak bergairah lagi melihat dunia. Saya bukannya tidak rela kamu mencoba mencari wanita lain untuk menggantikan saya. Hanya saja seperti orang yang terlalu cinta pada umumnya saya hanya merasa terlalu sakit.

I love you too much but you ignore me

Friday 22 May 2015

Teruntuk kamu yang pernah mencoba mencintai saya

Saya memohon maaf setulusnya jika saya pernah melukaimu dengan begitu besar. Setulus hatipun saya berharap agar kamu melupakannya pula tidak hanya memaafkannya. Rasa saya masih sama terhadapmu. Tapi mungkin km sudah tidak lagi seperti itu. Saya sangat berharap kamu bisa bahagia. Dengan wanita yg mungkin saja sedang dekat denganmu. Saya dengar namanya Marisa ya? Pasti dia memiliki sifat yang lebih "wanita" dibanding saya yang kekanak-kanakan. Sebelumnya saya selalu percaya kita pasti bisa kembali bersama seperti dulu. Namun saya sekarang pun tidak bisa mempercayai keyakinan dan firasat saya sendiri. Karena saya mendengarmu sudah bisa tanpa saya.

Walaupun hati saya hancur saat mengetahuinya. Mungkin ini juga alasan mengapa kamu menghilangkan jejak-jejak saya dan kamu di media sosial. Karena mungkin dia akan menjauhimu jika mengetahuinya. Mungkin keinginanmu untuk melupakan saya begitu besar. Saya hancur disini. Untuk tersenyum pun saya tidak bergairah. Saya merasa begitu menyedihkan karena masih saja terjebak dengan rasa yang tak berbalas ini. Maafkan saya masih mencintaimu. Kau hanya perlu tidak peduli kepada saya. Agar rasa cinta saya ini tidak memberatkanmu.

Begini rasanya merindukan seseorang yang tidak lagi merindukan saya.  Saya sangat ingin menyapamu. Bercanda tawa seperti dulu. Saling berbagi cerita. Saya rindu kehangatan pembicaraan kita. Sekarang saya hanya bisa menahannya. Saya hanya bisa berdiam dan tersiksa dengan sesaknya rindu. Karena mungkin kamu yang sudah tidak lagi merindukan dan peduli dengan saya. sangat ingin saya menyapamu. Berharap kita bisa seperti dulu. Tapi hal itu sekarang lebih dari mustahil. Bagaimana menuntaskan perasaan ini? Saya sudh tidak berdaya lagi menghadapinya. Maybe I love you too much


Tuesday 19 May 2015

Hah~!

Mungkin memang mudah, ketika kita patah hati orang-orang disekitarmu berkata "Sudahlah, buat apa kau terus menerus memikirkan dia yang tidak memikirkanmu" , "Move on mi!" , "kamu pasti bisa dapat yang lebih baik dari dia. percayalah" , "Berhenti berharap, dia sudah tidak mencintaimu lagi" , dan lain lain. Tapi seberapapun sering aku mendengar kalimat-kalimat seperti itu aku semakin budek dibuatnya. Entahlah. Sudah terlalu banyak sakit yang dia berikan, namun mengapa aku selalu memaafkannya dan hanya mengingat saat-saat aku merasa dicintainya. Mungkin  memang benar aku terlalu lemah sebagai wanita. Tapi apalah dayaku ketika ku rasa hanya dia yang mampu membuat hari-hariku ceria seperti sedia kala. Ini bukan hanyalah tentang mindset yang mereka anggap berasal dari diriku sendiri. Tapi inilah sebenar-benarnya yang ku rasakan. 

Memang pada kenyataannya dia sudah meninggalkanku, membuangku, dan bahkan tidak peduli lagi akan keberadaanku. Aku selalu percaya dia akan kembali padaku lagi suatu saat nanti. Tapi entah kapan. Entah disaat aku masih mencintainya atau saat aku sudah bersama orang lain. Karena aku pun tidak ingin terus menerus menyiksa diriku sendiri. Tapi cinta yang ku punya untuknya justru membuatku mati karenannya. Aku tidak bisa memaksakannya ketika dia tidak lagi ingin mencintaiku. Karena sebenar-benarnya cinta dia akan kembali pulang. Justru aku takut ternyata cinta yang dia miliki bukanlah sebenar-benarnya. Saat-saat seperti inilah aku harus memadamkan cinta ini. Karena sesekali cinta juga bisa membunuhku. Aku bahkan mengasihani diriku sendiri yang terus saja membiarkanmu tinggal di hatiku. Aku pun belajar cinta tidak selalu membawa kebahagiaan tapi juga luka yang teramat sangat.

Jangan menungguku menjadi sempurna dimatamu. Karena beginilah aku adanya yang kau rasa tak pantas lagi kau pertahankan. Maka carilah dia yang memang pantas kau kenalkan sebagai calon istrimu kelak :) :) :) 

Sunday 26 April 2015

Resiko mencintaimu

Cinta bukan siapa yang lebih cinta tapi siapa yang lebih ingin untuk mempertahankan.

Mungkin dulu aku telah melakukan banyak kesalahan dalam hubungan yang kita jalani. Semakin aku mencoba mencari rasa aman darimu semakin aku berakhir terluka. Aku tau aku disini masih berproses dalam mendewasakan diri. Im currently 20 y.o you know. Dimana setiap orang pasti memiliki sisi ketidakdewasaannya masing-masing. Begitu pula aku dan kamu. Masing-masing dari kita mempunyai itu. Namun sisi yang kamu miliki tidak lah sebesar yang aku punya. Jadi dalam perjalanan ini pun aku lebih mendominasinya dengan sisi ketidakdewasaanku.

Tidak ada cinta yang begitu mudah dihapuskan. Tidak ada rasa sayang yang begitu saja hilang. Jika terjadi seperti itu mungkin itu bukanlah rasa cinta dan sayang yang sesungguhnya. Aku begitu yakin sedang mencintai dan menyayangimu dengan begitu besar. Aku selalu mengangankan jika suatu hari nanti kau benar menjadi ayah dari anak-anak yang ku lahirkan. Sedangkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu. Menjadi wanita nomor dua setelah ibumu dalam hidupmu yang selalu membuatkan sarapan setiap pagi sebelum kau pergi bekerja. Selalu ku angankan hal itu, dimana kita berada dalam satu atap dengan rasa aman karena saling memiliki dalam kehalalan. Aku ingin menjadi wanita yang setiap pagi membangunkanmu agar tidak terlambat sholat subuh. Membangunkanmu dengan manis mungkin mengelus rambutmu atau memberi kecupan pagi hari. Dan hal indah lainnya yang terlalu banyak jika ku ungkapkan. Ah aku rasa hal itu begitu dekat untuk menjadi nyata ketika kau ada bersamaku. Namun sekarang sudah tidak lagi seperti itu.

Ada rasa nyaman ketika bersamamu. Tentang kita yang berbagi mimpi dan angan. Kita yang berdebat akan sesuatu. Hingga dalam pertengkaran pun aku masih merasa nyaman ketika bisa berbicara denganmu. Aku dulu pun berpikir asal bersamamu aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena aku akan selalu kembali padamu dan kamu pun akan menjadi satu-satunya yang ada di sisiku ketika seluruh dunia membenciku. Hingga akhirnya aku pun kehilanganmu.

Rasanya aku sudah tidak pantas lagi mengucap maaf. Karena begitu banyak luka yang ku berikan padamu tanpa aku sadari. Begitu besar keegoisanku yang hingga akhirnya membuatmu lelah setengah mati dan pergi. Hingga menghapus rasa cinta dan sayang yang kau miliki untukku. Tidak perlu ku ungkapkan lagi rasa sesal yang tertumpuk disini. Aku rasa kau memahaminya dengan baik. Ketika aku mengingkari janjiku satu daun gugur dari pohon kepercayaanmu. Dan sudah tak bisa ku hitung lagi berapa daun yang telah gugur, mungkin sekarang pohon itu sudah hampir mati karena tidak lagi memiliki daun untuk berfotosintesis. Aku terlambat memberinya pupuk. Seharusnya aku memupuknya dengan banyak maaf. Sehingga pohon itu masih bisa mendapatkan nutrisi dan mungkin menumbuhkan daun baru. Tapi ini sudah terlalu terlambat.  Aku pun terluka karena telah melukaimu.
Awalnya aku ingin memperbaiki semuanya. Pelan tapi pasti, aku ingin mengawalinya lagi dengan sebagai temanmu. Aku ingin memperbaiki apa yang retak diantara kita. Namun semakin ingin aku memperbaiki semuanya semakin aku terluka dengan pernyataanmu yang ingin menyudahi semuanya denganku. Kamu yang sudah cukup lelah dengan wanita sepertiku dan sudah tidak ingin lagi berurusan denganku. Berkali-kali kau membuangku ketika aku ingin mencoba kembali dekat denganmu. Aku pun sudah menelanjangi harga diriku dan membuang semua  gengsiku. Aku mempertaruhkan semuanya. Hanya untuk satu yang aku sayang. Kamu.

Aku tau kau tidak lagi memiliki banyak waktu seperti dulu karena pekerjaan barumu. Aku tau benar. Aku ingin kita berkomitmen untuk membagi waktu kita. Menyempatkan diri untuk saling berbagi suka cita seperti dulu. Aku ingin menjalaninya walaupun sebagai temanmu. Dimana disini aku ingin lebih banyak mengalah padamu. Aku ingin lebih menjadi wanita dimatamu. Hingga suatu saat nanti ketika kita sama-sama siap, barulah kita akan menjalin hubungan lagi. Dimana disini kita sudah mengenal dengan sangat baik. Dan tidak ada lagi drama diantara kita. Tapi kau sudah menolaknya dengan sangat yakin. Karena mungkin aku yang sudah tidak lagi memenuhi kriteriamu sebagai wanita yang mendampingimu. Kau tau, kau selalu menjadi lelaki yang memenuhi kriteriaku untuk menjadi suamiku. Karena kamu yang selalu memberiku rasa nyaman, sehingga aku tidak ingin lagi berpindah ke tempat lain. Karena aku akan selalu memaklumi semua kekuranganmu. Maka dari itu aku tidak memiliki kriteria khusus sebagai pendampingku. Denganmu, berdua saja. Cukup.
Kau tau, inilah resiko mencintaimu. Berakhir bahagia atau terluka. Dan aku mengambil resiko itu terluka karena aku terlalu mencintaimu. Aku akan selalu berdoa semoga kita bisa berdua dengan dia yang tepat adanya.

                I love you too much




MRD

Sunday 29 March 2015

Late Post


Aku mencari-cari cara untuk tidak memikirkanmu. Aku mencari-cari cara untuk mengusir kesepian ini. Tapi seberapapun cara yang ku coba aku tetap tidak bisa mengusir kau dari hatiku. Kau berlari kesana kemari seakan hatiku adalah tempat yang luas untuk bermain. Kau sudah memblokade pintu hatiku dari hati lain yang mencoba untuk masuk.  Kau menguasai semuanya. Setiap sudut hatiku tidak lagi kau sisakan tempat untuk hal lain. Kecuali untuk Tuhan dan keluargaku, kau tidak mengusiknya. Tapi kau menguasai bagian lainnya. Seberapapun aku mencoba untuk mengusirmu. Kau tetap besikukuh berdiam disana. Bahkan ruang hatiku yang dulu tempatku menyimpan namanya, kau mendobraknya dan melabeli itu wilayahmu. Kau egois. Bagaimana bisa kau tidak menyisakan tempat sedikitpun. Aku benci harus berkata ini tapi kau sendiri tidak sadar bahwa kau lah satu-satunya orang yang menjajah hatiku. Bagaimana lagi aku harus menyadarkanmu. Jika kau ragu tolong pergi saja biarkan hatiku seperti sebelumnya.


Aku mencari-cari kebahagiaan. Yang kukira akan ku temukan jika aku tetap bersamamu. lalu aku sadar aku sendiri tidak paham arti kebahagiaan. Jadi bagaimana mungkin aku bisa menemukannya.  Mungkin aku menemukannya pada cinta. Aku mencarinya dan mengira itu kamu. Tapi nyatanya aku hanya salah sangka. Kamu bukan keduanya. Kamu yang ku kira adalah cinta dan kebahagiaan itu salah. Kamu adalah harapan. Harapan yang ku kira itu cinta dan kebahagiaan. Aku terlalu banyak mencari dan mengira-ngira. Dan nyatanya aku hanya menemukan kekosongan. Kekosongan yang sepi. Sepi yang ku rasa mati. Inikah yang ku cari? Kenapa aku berbelok kesana kemari, terbang kesana kemari, membuatku tidak jelas seperti ini. Tidak hanya itu, membuatku lelah setengah mati.  

Thursday 12 March 2015

For Your Graduation


Halo! Finally setelah sekian lama berjuang dengan tugas akhirmu yang begitu riweuh saat ini tiba juga. Saat yang telah lama ditunggu oleh kedua orangtuamu. Momen dimana akhir dari segala perjuanganmu selama 5 tahun. Namun ini bukanlah akhir sayang, ini awal dari dunia yang sesungguhnya. Semangatlah! Bahagialah! :)

Sebenarnya di hari bahagiamu ini justru aku merasa sangat sedih. Karena aku tidak mampu berada disana melihat kau mengenakan toga :”) melihat kau tersenyum bahagia. Tapi biarlah, disini aku berbahagia untukmu. Aku sangat bahagia akhirnya kau bisa mengakhiri masa studimu. Akhirnya kau bisa mulai melangkah ke realita kehidupan sebenarnya. Akhirnya kau tiba di dunia dewasa yang sesungguhnya. Dimana semua keputusan yang kau ambil sangat menentukan hidupmu. Sejak kita bersama, sejak aku tahu kau memiliki rasa yang sama sepertiku. Sepertinya mulai muncul harapan-harapan baru, angan yang ingin ku wujudkan bersamamu. Tapi ternyata aku tidak berdaya untuk membuatnya menjadi nyata. Aku iri dengan keluargamu. Karena mereka hadir disana. Melihatmu dengan bangga dan bahagia. Sedangkan aku disini hanya bisa menyimpan kebahagiaan itu sendiri. Sejak awal bersamamu sudah lama kuimpikan hari ini datang, dimana aku bisa menjadi salah satu alasanmu untuk lebih bahagia di hari ini. Dimana aku bisa menyimpan momen itu di dalam sebuah gambar dan menjadikannya kenangan indah yang akan kita ceritakan ke anak-anak kita kelak, jika kita bersama. Tapi semuanya tidak seperti itu sekarang.  Aku ingat saat kau menceritakan masa lalumu. Saat kau begitu menyukai seorang wanita yang mungkin dia lebih cantik dan baik hati daripada aku dan mungkin lebih berarti untukmu saat itu. Pada hari kelulusannya kau mengarungi jarak yang cukup jauh untuk hadir di hari kelulusannya. Walaupun pada akhirnya berujung pada sebuah penolakan. Aku tidak mengerti jika pada saat itu kau bisa berjuang begitu keras untuk cintamu. Namun kenapa sekarang tidak seperti itu? Mungkin cinta yang kau perjuangkan saat itu lebih worth it daripada cinta kita saat ini ya :). Aku iri dengan perjuanganmu, andai aku bisa melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan untuknya saat itu. Tapi aku tidak seberdaya itu untuk berjuang sepertimu. Yang bisa ku lakukan hanyalah berdiam diri dan menumpahkan semuanya pada tulisan ini. Berharap semoga Tuhan menyampaikan rindu dan bahagiaku untukmu. Berharap kau bisa merasakannya tanpa harus ku katakan. Jika ternyata tidak bisa kau rasakan, tak mengapa. Aku disini akan selalu seperti ini.

Sayang aku ikhlas dengan rasaku. Meskipun jika pada akhirnya ini akan berakhir pada sebuah kesia-sian. Setidaknya aku sudah berusaha keras untuk mempertahankanmu. Aku memberimu cinta terbaik yang kupunya. Berharap kau bisa berbahagia dengan itu. Walaupun ternyata yang kau rasakan adalah kekecewaan dan luka. Karena ternyata cinta yang kumiliki tidak sempurna seperti yang kau inginkan. Maafkan aku akan ketidaksempurnaan ini. Mungkin ini pilihan yang terbaik untukmu meninggalkanku. Karena jika kau masih saja bersamaku kau akan terus selalu merasa tidak nyaman menjadi dirimu sendiri. Sekarang kau bisa lebih bebas dalam menjalani hidupmu. Jika saja kau masih tetap bersamaku mungkin aku hanya bisa menyusahkanmu dan merugikanmu. Karena mungkin di luar sana masih banyak wanita yang seribu kali lebih baik dariku yang lebih pantas bersanding denganmu. Jika saja kau masih tetap bersamaku mungkin kau hanya menyia-nyiakan waktumu. Karena aku tidaklah seperti yang selama ini kau angan dan inginkan dari sesosok wanita yang kau inginkan untuk berbagi hati denganmu.

Di dunia yang berputar di sekitarku ketahuilah hanyalah segelintir orang yang benar-benar menyayangi dan mencintaiku. Dulu aku kira kamu termasuk diantaranya. Namun ternyata aku salah menerka, maaf jika aku berani berharap lebih sejak kau mengisi hari-hariku. Maafkan aku. Karena memang inilah aku, selalu terlalu jujur akan sesuatu sampai tidak menyadari jika ternyata kejujuranku secara tidak langsung menyakitimu. Aku sempat percaya jika kau adalah salah satu dari segelintir orang di dunia ini yang benar-benar menyayangiku tanpa syarat. Karena itu aku selalu tidak ragu berbagi banyak hal denganmu. Karena aku sempat percaya kau akan selalu ada untukku tidak peduli seberapa keras yang aku jalani. Seberapa dunia membuatku merasa kecil dan tidak berarti. Karena dulu aku pernah merasa seperti itu saat bersamamu. Ah sudahlah awalnya aku ingin menulis tentang rasa bahagiaku akan kelulusanmu. Tapi yang ku tuliskan hanyalah seputar penyesalan yang tidak berguna. Hahaha sudah lupakan! Masih ingatkah kamu saat-saat kita bersama? Aku begitu cerewet mengomelimu untuk serius dengan tugas akhirmu. Sampai-sampai kau kesal sendiri dibuatnya :p Andai kamu tahu alasannya mengapa aku seperti itu, bukan bukan karena aku ingin cepat kau lamar. Karena aku menantikan hari seperti ini datang haha. Memang aku sudah memimpikan sejak lama untuk datang sebagai wanitamu dihari kelulusanmu ini. Ah sayang sekali impian itu tidak dapat terwujud. Tapi tak mengapa, aku tidak menyesali apapun dan aku tetap berbahagia untukmu. Karena itu lebih berbahagialah tanpaku. Once again happy graduation!





Tuesday 10 March 2015

Kasih Untukmu


Aku tidak mengerti berapa banyak lagi surat yang harus ku tuliskan agar perasaanku lega. Karena setiap kali aku mengingatmu, setiap kali kenangan-kenangan diantara kita merayapi pikiranku. Saat itu pula aku merasa sedih dan saat itu pula aku meneteskan air mata. Terlalu banyak hal indah diantara kita yang menjadi sia-sia karena kamu yang tidak dapat meruntuhkan egomu. Aku sudah melakukan segala cara yang ku bisa untuk memperbaiki apa yang telah retak diantara kita. Namun semua yang kau lakukan adalah menghempasku pergi. Kau yang berkali-kali bilang sudah lelah dengan kekuranganku dan kau ingin menyerah akan itu. Segala macam cara yang ku lakukan untuk membujukmu mengikuti kata hatimu. Tapi kau lebih suka memberi makan egomu. Sedangkan aku meruntuhkan ego dan harga diriku. Karena ketahuilah aku bukanlah orang yang pandai berdusta akan sesuatu. Benar aku menyayangimu benar aku masih mencintaimu. Aku memperjuangkan rasaku. Aku memperjuangkan kita. Namun ternyata yang ku lakukan sia-sia karena kau sendiri sudah tidak ingin memperbaiki kita. Aku memang memaksakannya karena ku pikir kamu masih memiliki rasa yang sama sepertiku. Akhirnya aku menyadarinya bahwa cinta bukanlah keterpaksaan.

Seberapa terluka dan marahnya, cinta sudah pasti akan kembali pulang tanpa mempedulikan ego dan gengsi. Karena memang begitulah cinta akan datang tanpa diminta atau dipaksa. Aku memperjuangkan kita karena ku pikir apa yang telah kita bangun selama ini tidaklah pantas jika runtuh begitu saja karena kita yang tidak dapat mengalahkan ego dalam diri. Namun aku yang terlalu memperjuangkannya dan kamu yang terlalu ingin mengakhiri semuanya. Pada akhirnya akulah yang berakhir terluka. Maka dari itu aku mengikhlaskan semuanya. Aku merelakan semuanya kamu, cinta dan cita yang kita bangun bersama. Aku memang masih mencintaimu. Aku tidak bisa begitu saja menghapusmu dari hatiku. Namun yang berbeda sekarang adalah aku mencintaimu dalam diamku. Aku akan berusaha sekuat mungkin untuk seperti itu. Aku akan menitipkan rinduku disela-sela doaku. Aku mendoakanmu agar kau bahagia dengan pilihan yang kau buat. Semoga saja kamu tidak menyesalinya. Karena aku pun tidak akan menyesal melepasmu. Karena bagiku penyesalan adalah sebuah kesia-siaan dan keterlambatan. Karena aku akan berjalan maju dan tidak ingin menoleh kebelakang lagi. Aku tentu saja masih menyayangimu dan merindukanmu disetiap waktu. Rasa sayang dan rinduku akan kusimpan sendiri. Aku tidak ingin lagi membaginya denganmu. Aku akan membiarkannya berkembang ataupun mati dengan sendirinya. Apapun itu aku tidak akan melibatkanmu.

Aku berharap kau dapat menemukan wanita yang sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Seorang yang pandai memasak dan keibuan, yang tidak cerewet dan tidak pula banyak protes akan sesuatu, yang menurut apa yang kau katakan dan tidak suka menentang, yang bisa membahagiakanmu dan anak-anakmu kelak, yang pandai mengurus pekerjaan rumah tangga bukan yang tidak becus sepertiku. Semoga kau bahagia dengan kehidupanmu kelak. Aku disini dengan rasaku dan cita-cita yang pernah kita bangun bersama akan berbahagia untukmu. Aku akan menguburnya dan membiarkannya mati. Rasa cinta ini biar ku bakar saja. Berbahagialah sayang. 


Sunday 8 March 2015

Perpisahan


Yang menyakitkan dari sebuah perpisahan adalah proses menjadikan sesuatu yang sudah biasa menjadi tidak biasa.

Ketika terbiasa bersama dengan sesuatu namun pada saatnya nanti kita menjadi tidak terbiasa. Terbiasa bersamamu hingga suatu saat keadaan memisahkannya. Siapa yang harus disalahkan? Keadaan? Perpisahan? Aku? Kamu? Tidak ada yang salah disini, hanya saja takdir tidak menuliskan kita bersama selamanya.
Apapun yang terjadi, pasti akan selalu berakhir. Dan jika sesuatu yang baik harus berakhir, percayalah bahwa yang lebih baik akan dimulai.
Tapi pada kenyataannya ini sulit. Tidak ada perpisahan yang menyenangkan. Kenapa harus berakhir secepat ini. Tidak bolehkah ini bertahan sedikit lebih lama. Agar bisa ku buat banyak-banyak kenangan bersamamu. Akan ku simpan kenangan-kenangan itu di dalam kotak memoriku. Sehingga walaupun waktu berlalu begitu lamanya, aku masih bisa dengan baik mengingatmu.

Perpisahan menggoreskan jarak antara kita. Jarak yang cukup besar untuk membuat kita saling melupakan namun menyadarkan kita...



PS: Tulisan ini saya temukan di buku diary saya kira-kira 3 tahun yang lalu

surat untuk-R

Banyak yang tidak ku mengerti tentang cinta. Aku baru saja belajar bagaimana mencintai. Dan kamu tahu bahwa dalam belajar melakukan kesalahan adalah hal yang wajar.  Maafkan aku yang kau rasa banyak menyakitimu. Maafkan aku yang kau anggap tidak terlalu menghargai perjuanganmu. Sesungguhnya aku mencintaimu lebih dari yang kau kira. Kau tidak perlu menanyakannya. Kesalahan-kesalahan yang telah ku lakukan selama ini, aku ingin kau memaafkannya. Memang maaf hal yang mudah, tapi setidaknya mari kita melupakan semua hal yang menyakitkan dan memulainya dari awal. Apakah di dunia ini ada hal yang tidak bisa dimaafkan? Bahkan Tuhan pun Maha Pemaaf. Aku merasakan saat-saat bahagia bersamamu. Aku merasa saat yang paling berharga ketika dimilikimu. Aku merasa bersyukur dan beruntung kau mencintaiku dengan sebegitu besarnya. Kau menyayangiku semampu yang kau bisa. Begitu pula aku, tapi aku terlalu bodoh dan tolol menunjukkannya. Sehingga aku tidak dapat membuat kau merasakan seberapa besar cinta yang ada dihatiku. Aku masih belajar sayang.

Asal kau tahu saja aku tidak pernah memberi kesempatan kepada lelaki lain untuk memasuki ruang hatiku. Kau tahu, hatiku memilihmu sayang. Aku tidak bisa mencintai yang lain. Darimu aku belajar banyak. Aku ingin mengulang saat-saat indah yang kita lalui bersama. Tapi kau masih saja berdiam dan keras hati untuk memaafkanku. Sayang aku tidak pernah menyesal melalui banyak hal bersamamu. Karena bersamamu aku mengerti kebahagiaan, aku mengerti rasa dicintai dan kau membuatku berharga karna memilikimu. Aku ingin kau kembali dan bersamaku memperbaiki semuanya. Jika kau sudah lelah denganku. Maka aku harus melepaskanmu. Aku sadar kau lebih dari berharga di dalam hidupku. Aku sadar aku tidak pandai menjagamu. Menjaga cinta kita.

Mungkin sekarang semuanya telah berbeda. Berbeda jauh dari awal pertama kita mencintai. Aku merasakannya. Mungkin sudah terlalu banyak noda dalam hubungan kita. Hingga kita sendiri tidak mengerti perasaan yang sesuungguhnya sedang kita rasakan. Namun tidak untukku. Aku masih saja sama. Aku dengan kekuranganku dan kamu dengan kekuranganmu. Aku tidak pernah menyerah tentang itu. Mungkin kau sudah lelah menghadapiku, tapi entah mengapa dalam hati kecilku aku ingin kamu berjuang. Bukankah hal sepele seperti ini tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang akan kita hadapi sesungguhnya di masa depan? Aku mengatakan banyak hal kepadamu. Tentang bagaimana seharusnya kau memperlakukan wanita yang kau sayangi. Aku tidak mengerti mengapa kau menjadi begitu tidak tahu dengan hal itu. Mungkinkah kau benar-benar tidak tahu atau ternyata aku bukanlah wanita yang ada di hatimu. Entahlah. Aku meragukan itu. Karena yang aku tahu cinta adalah saling berjuang. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itulah  yang harus kita lakukan jika masih ingin bersama. Namun aku tidak merasakan kau melakukannya. Aku menerimamu meskipun terkadang aku cerewet akan banyak hal. Bukankah itu normal sebagai seorang wanita. Tapi kenapa kau begitu tidak tahu akan banyak hal? Mengapa kau begitu tidak mengerti bagaimana mencintaiku dengan baik? Apakah aku harus selalu memberitahumu sehingga kamu menganggapku sebagai wanita yang begitu tidak puas dengan apa yang ada padamu. Karena kau tidak pernah berusaha mempertahankanku seperti wanita yang kau cintai, seperti yang pernah kau akui padaku. Apakah kata-katamu hanyalah sekedar kata-kata yang kau ucap.


Aku tahu aku salah dalam mencintai. Seharusnya aku tidak memberi seluruh hatiku padamu. Agar ketika hal seperti ini datang aku tidak merasakan sakit yang sangat menusuk. Tapi aku tidak akan menyesal. Mungkin memang aku harus merasakannya. Entah denganmu atau dengan orang lain. Entah sekarang atau nanti. Disaat yang seperti apa aku pasti merasakannya. Oleh karena itu aku memutuskan tidak lagi mengunci hatiku untuk seorang. Bukan, bukan karena aku tidak lagi mencintaimu. Hanya saja mungkin sekarang aku harus mulai belajar melepaskan. Aku juga tidak ingin memikirkan apakah aku bisa melepasmu. Aku tidak ingin memikirkannya. Karena aku harus. Hidup harus terus berjalan, kau tau itu. Aku ingin berjuang dengan seseorang pria yang memang ingin berjuang bersamaku, dengan seseorang yang ingin ku perjuangkan dan memperjuangkanku. Aku memutuskan meninggalkan lembaran yang pernah kita lalui bersama. Bukan karena aku tidak lagi menyayangimu. Aku tidak ingin berdusta karena memang aku tidak bisa begitu saja menghapusmu dari hatiku. Namun aku tidak ingin menjadi egois untuk terus menuruti perasaanku yang entah berbalas atau tidak. Pertemuan kita dan hal-hal indah yang pernah kita lewati bersama bukanlah hal yang mudah untuk ku lupakan dan aku tidak akan pernah melupakannya. Namun aku ingin membebaskan hatiku. Karena dia berhak bahagia dengan seseorang yang mencintainya. Entah dengan orang lain atau kamu. Aku tidak pernah tahu.  Kau,aku harap kau bahagia dan selalu bahagia dengan atau tanpaku. Aku harap kau mendapatkan apa yang sudah lama kau cita-citakan dan dapat membahagiakan kedua orang tuamu sebaik mungkin selama mereka masih ada untukmu. Jika kau tidak bisa berjuang untukku, berjuanglah untuk mereka. Karena mereka juga mencintaimu tanpa batas dengan tak pernah berharap kau balas. Bahagiakanlah orang-orang yang mencintaimu kecuali aku. Karena aku akan berusaha baik-baik saja tanpamu. Agar kau dapat menjadi lebih baik tanpa aku yang selalu membuatmu lelah. Thankyou for try to loving me

For now :)