Pages

Sunday 26 April 2015

Resiko mencintaimu

Cinta bukan siapa yang lebih cinta tapi siapa yang lebih ingin untuk mempertahankan.

Mungkin dulu aku telah melakukan banyak kesalahan dalam hubungan yang kita jalani. Semakin aku mencoba mencari rasa aman darimu semakin aku berakhir terluka. Aku tau aku disini masih berproses dalam mendewasakan diri. Im currently 20 y.o you know. Dimana setiap orang pasti memiliki sisi ketidakdewasaannya masing-masing. Begitu pula aku dan kamu. Masing-masing dari kita mempunyai itu. Namun sisi yang kamu miliki tidak lah sebesar yang aku punya. Jadi dalam perjalanan ini pun aku lebih mendominasinya dengan sisi ketidakdewasaanku.

Tidak ada cinta yang begitu mudah dihapuskan. Tidak ada rasa sayang yang begitu saja hilang. Jika terjadi seperti itu mungkin itu bukanlah rasa cinta dan sayang yang sesungguhnya. Aku begitu yakin sedang mencintai dan menyayangimu dengan begitu besar. Aku selalu mengangankan jika suatu hari nanti kau benar menjadi ayah dari anak-anak yang ku lahirkan. Sedangkan aku menjadi ibu dari anak-anakmu. Menjadi wanita nomor dua setelah ibumu dalam hidupmu yang selalu membuatkan sarapan setiap pagi sebelum kau pergi bekerja. Selalu ku angankan hal itu, dimana kita berada dalam satu atap dengan rasa aman karena saling memiliki dalam kehalalan. Aku ingin menjadi wanita yang setiap pagi membangunkanmu agar tidak terlambat sholat subuh. Membangunkanmu dengan manis mungkin mengelus rambutmu atau memberi kecupan pagi hari. Dan hal indah lainnya yang terlalu banyak jika ku ungkapkan. Ah aku rasa hal itu begitu dekat untuk menjadi nyata ketika kau ada bersamaku. Namun sekarang sudah tidak lagi seperti itu.

Ada rasa nyaman ketika bersamamu. Tentang kita yang berbagi mimpi dan angan. Kita yang berdebat akan sesuatu. Hingga dalam pertengkaran pun aku masih merasa nyaman ketika bisa berbicara denganmu. Aku dulu pun berpikir asal bersamamu aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena aku akan selalu kembali padamu dan kamu pun akan menjadi satu-satunya yang ada di sisiku ketika seluruh dunia membenciku. Hingga akhirnya aku pun kehilanganmu.

Rasanya aku sudah tidak pantas lagi mengucap maaf. Karena begitu banyak luka yang ku berikan padamu tanpa aku sadari. Begitu besar keegoisanku yang hingga akhirnya membuatmu lelah setengah mati dan pergi. Hingga menghapus rasa cinta dan sayang yang kau miliki untukku. Tidak perlu ku ungkapkan lagi rasa sesal yang tertumpuk disini. Aku rasa kau memahaminya dengan baik. Ketika aku mengingkari janjiku satu daun gugur dari pohon kepercayaanmu. Dan sudah tak bisa ku hitung lagi berapa daun yang telah gugur, mungkin sekarang pohon itu sudah hampir mati karena tidak lagi memiliki daun untuk berfotosintesis. Aku terlambat memberinya pupuk. Seharusnya aku memupuknya dengan banyak maaf. Sehingga pohon itu masih bisa mendapatkan nutrisi dan mungkin menumbuhkan daun baru. Tapi ini sudah terlalu terlambat.  Aku pun terluka karena telah melukaimu.
Awalnya aku ingin memperbaiki semuanya. Pelan tapi pasti, aku ingin mengawalinya lagi dengan sebagai temanmu. Aku ingin memperbaiki apa yang retak diantara kita. Namun semakin ingin aku memperbaiki semuanya semakin aku terluka dengan pernyataanmu yang ingin menyudahi semuanya denganku. Kamu yang sudah cukup lelah dengan wanita sepertiku dan sudah tidak ingin lagi berurusan denganku. Berkali-kali kau membuangku ketika aku ingin mencoba kembali dekat denganmu. Aku pun sudah menelanjangi harga diriku dan membuang semua  gengsiku. Aku mempertaruhkan semuanya. Hanya untuk satu yang aku sayang. Kamu.

Aku tau kau tidak lagi memiliki banyak waktu seperti dulu karena pekerjaan barumu. Aku tau benar. Aku ingin kita berkomitmen untuk membagi waktu kita. Menyempatkan diri untuk saling berbagi suka cita seperti dulu. Aku ingin menjalaninya walaupun sebagai temanmu. Dimana disini aku ingin lebih banyak mengalah padamu. Aku ingin lebih menjadi wanita dimatamu. Hingga suatu saat nanti ketika kita sama-sama siap, barulah kita akan menjalin hubungan lagi. Dimana disini kita sudah mengenal dengan sangat baik. Dan tidak ada lagi drama diantara kita. Tapi kau sudah menolaknya dengan sangat yakin. Karena mungkin aku yang sudah tidak lagi memenuhi kriteriamu sebagai wanita yang mendampingimu. Kau tau, kau selalu menjadi lelaki yang memenuhi kriteriaku untuk menjadi suamiku. Karena kamu yang selalu memberiku rasa nyaman, sehingga aku tidak ingin lagi berpindah ke tempat lain. Karena aku akan selalu memaklumi semua kekuranganmu. Maka dari itu aku tidak memiliki kriteria khusus sebagai pendampingku. Denganmu, berdua saja. Cukup.
Kau tau, inilah resiko mencintaimu. Berakhir bahagia atau terluka. Dan aku mengambil resiko itu terluka karena aku terlalu mencintaimu. Aku akan selalu berdoa semoga kita bisa berdua dengan dia yang tepat adanya.

                I love you too much




MRD