Katakan padaku apalagi yang harus ku lakukan. Segala upaya
dan alasan yang selalu ku temukan untuk meyakinkan diriku agar tetap bertahan
dalam hidupmu. Mempertahankan hubungan yang entah kita sebut apa. Karena apa?
Hanya karena aku ingin. Entahlah aku ingin mengabaikan seribu alasan yang
membuatku harus pergi. Tapi aku ingin tetap seperti ini.
Sungguh udara yang ku rasakan saat bersamamu kali ini sangat
menyesakkan. Membuat mataku pedih. Membuat dadaku sesak saat menghirupnya. Aku
tidak ingin lagi berkata-kata di depanmu tidak bisa lagi tersenyum dan merasa
baik-baik saja. Aku hanya tidak sanggup. Mungkin aku sudah terlalu muak dengan
kepalsuan dan dusta diantara kita. Saat itu yang ku inginkan hanyalah pulang
dan menangis. Aku sangat tertampar dengan perkataanmu sore itu. Maafkan aku
yang berani menaruh banyak harapan padamu. Aku tahu tidak seharusnya aku
begitu. Mungkin kau juga sudah lelah dan muak menghadapiku yang seperti ini.
Hanya saja aku terlalu terluka saat itu. Sekuat mungkin aku menahan air mataku untuk tidak
keluar. Aku terlalu sedih untuk berpura-pura baik-baik saja dihadapanmu. Ini terlalu
memalukan jika menangis di depanmu. Maafkan aku jika tidak mampu menjelaskannya
dan mendiamkanmu seperti ini. Kamu tidak
salah sama sekali. Akulah yang salah dan membuatmu merasa bersalah. Maaf.
Aku benci kepada diriku sendiri. Aku sendiri tidak tahu mana
yang lebih baik untukku. Apakah meninggalkanmu atau berdiam diri. Bagaimana
mungkin aku pergi jika saja kau sudah seperti udara bagiku. Aku membutuhkanmu
tapi kau bisa saja membunuhku dengan perlahan. Aku tidak tahu mana yang lebih
baik. Situasi seperti inilah yang amat sangat ku benci.
Dan sekali lagi aku lelah mendengar kata maaf terucap dari
bibirmu. Maaf darimu sama sekali tidak membuatku merasa lebih baik. Tapi mengurangi
rasa bersalahmu setidaknya. Banyak sekali alasan yang membuatku seharusnya
pergi darimu. Tapi entah mengapa alasan-alasan itu tidak mengalahkan rasa
nyaman yang selama ini ku rasakan bersamamu. Hal yang tidak ingin ku lepas. Hanya
saja mungkin kamu sudah terlalu lelah dengan wanita yang “drama queen”
sepertiku. Ya kau benar masih banyak wanita lain diluar sana yang jauh sangat
jauh lebih baik dariku. Bahkan mungkin wanita disekitarmu.
Ternyata seperti ini Allah menjaga semuanya agar tetap
seimbang. Dulu sewaktu ayahku masih ada dan beliau sakit parah. Aku sama sekali
tidak punya waktu untuk memikirkan tentang lelaki atau cinta atau hal
semacamnya. Aku sibuk dengan urusan bolak balik rumah sakit mengurus ini itu
dan merawat ayahku. Semua perhatian, tenaga, dan pikiranku fokus kepada
keluarga. Sama sekali aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri. Saat itu yang
ku lakukan hanyalah fokus kuliah dan mengurus keperluan keluarga. Waktuku habis
untuk dua hal tersebut. Aku mengesampingkan urusan pribadiku. Setelah ayahku
kembali padaNya jelas aku merasa kehilangan yang amat sangat. Begitu banyak
penyesalan. Seharusnya aku lebih sangat lebih memperhatikan beliau. Seharusnya
aku selalu ada disaat-saat beliau sakit. Terkadang memang aku mencuri-curi main
sama teman-teman sesekali. Aku amat sangat menyesal. Hal yang lebih menyesakkan
lagi aku belum sempat mengucap maaf. Jelas hal itu sangat membuatku terluka. Menyisakan
luka yang amat sangat menyesakkan. Menyisakan ruang kosong dihatiku. Rasa hampa
lebih tepatnya.
Aku tau aku harus melewatinya. Melewati fase-fase yang
menyakitkan seperti itu. Tentu saja aku menguatkan diriku sendiri. Menguatkan diriku
seorang diri. Berusaha tegar dan menahan semuanya. Luka yang belum sembuh itu
semakin melebar dan menganga ketika kenyataan pahit menghantamku. Saat itu aku
sedang sangat menyukai seorang temanku. Tapi aku mengangguminya diam-diam. Kemudian aku harus menerima kenyataan bahwa
ternyata dia menyukai sahabatku. Sungguh itu sangat menyakitkan saat itu. Apalagi
mengetahui kenyataan ternyata sahabatku juga menyukainya dan dia tau aku
menyukai lelaki itu. Merasa dikhianati, ditusuk dari belakang, dibohongi
besar-besaran. Apapun itu. Rasanya aku sudah lelah dengan semuanya. Hubungan kita
berantakan dan aku selalu sedih karena merindukannya.
Di saat-saat seperti itulah kau datang. Tuhan menghadirkanmu
di hidupku yang amat sangat berantakan ini. Perlahan-lahan dan sedikit demi
sedikit kau menambal luka-luka dihatiku. Kau membuatku tersenyum. Kau datang
dan membuat semuanya lebih baik. Meskipun terkadang aku juga sedih karenamu. Tapi
aku tidak begitu memikirkannya dan hanya ingin menikmati saat-saat bahagia ini.
Aku ingin melupakan semuanya. Hal-hal menyakitkan dimasa lalu. Begitu kau mengisi hari-hariku. Hingga akhirnya perlahan kamu menambal luka-lukanya. Terimakasih. Kau tau masa lalu selalu menempati ruang tersendiri di hati. Kau membuatku merasa nyaman. Nyaman itu semacam chemistry yang tidak bisa dibangun dan dipaksakan. Susah sekali menemukan seseorang yang membuatmu merasa nyaman. Itulah yang membuatku ingin bertahan dan mengabaikan alasan-alasan yang dengan keras mengusirku dari hidupmu.
No comments:
Post a Comment